Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen pada sampel.
PRINSIP KROMATOGRAFI KOLOM
Komponen-komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai
afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila eluen
dialirkan secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah
diadsorbsi oleh adsorben, maka komponen yang pertama keluar adalah komponen
yang paling lemah terikat pada adsorben. Komponen lainnya akan keluar sesuai
dengan urutan afinitasnya terhadap adsorben sehingga terjadi pemisahan
komponen-komponen tersebut.
Gambaran tentang kromatografi kolom terbuka dapat dilihat pada video di bawah ini!
PENYIAPAN ADSORBEN DAN ELUEN
Adsorben yang akan digunakan pada kromatografi kolom harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1.
Tidak larut dalam eluen yang digunakan
2.
Inert, tidak bereaksi dengan sampel
3.
Cukup aktif sehingga mampu mengadsorpsi
sekaligus memungkinkan perambatan sel
4.
Memungkinkan aliran yang baik dari eluen
5.
Reprodusibel, dapat diproduksi dengan sifat yang
konstan
Mekanisme pemisahan pada kromatografi kolom umumnya terjadi karena
adsorpsi sehingga sebelum adsorben dibuat menjadi bubur, serbuk adsorben harus
diaktifkan terlebih dahulu dengan pemanasan. Suhu dan lama waktu pemanasan
menentukan derajat keaktifan. Tujuan pengaktifan ini sama dengan pengaktifan
lapisan adsorben pada KLT. Sifat adsorben terutama tergantung pada pH dan
derajat keaktifannya. Berdasarkan aktivitas adsorpsi relatif terhadap alumina,
disusun suatu tingkat aktivitas Brockmann, sehingga adsorben digolongkan ke
dalam golongan I hingga V.
Gugus polar pada permukaan alumina dan silika, terutama gugus hidroksi
akan menarik molekul komponen sampel melalui interaksi dipol-dipol dan ikatan
hidrogen. Jika titik-titik tersebut diduduki air atau pelarut berproton seperti
alkohol dan amina, maka permukaan tidak dapat berfungsi lagi sebagai adsorben
dan dikatakan menjadi non aktif. Selain itu, afinitas adsorben dapat
dimodifikasi secara kimia dengan penambahan asam.
Berdasarkan sifatnya, adsorben tertentu dapat berperan sebagai
katalisator sehingga dapat menyebabkan terjadinya reaksi dengan komponen
sampel. Alumina basa merupakan salah satu adsorben yang lingkup penggunaannya
paling luas, namun dapat menyebabkan perubahan kimia dan menimbulkan reaksi
seperti kondensasi aldehid dan keton. Oleh karena itu, tidak dianjurkan menggunakan
aseton sebagai eluen jika adsorben yang digunakan adalah alumina basa, karena
akan terkondensasi menjadi diaseton alkohol. Alumina basa dapat dimodifikasi
menjadi bentuk asam menggunakan asam klorida, atau dapat juga dimodifikasi
dalam bentuk netral menggunakan asam nitrat. Alumina dengan derajat keaktifan I
dapat diperoleh dengan pemanasan pada suhu 380-400 oC selama 3 jam.
Silika gel dapat digunakan secara luas dengan berbagai eluen. Namun
silika gel dapat menyebabkan isomerisasi senyawa tertentu seperti terpen dan
sterol. Silika gel dengan keaktifan I dapat diperoleh dengan pemanasan pada
suhu 150-160 oC selama 3-4 jam.
Adsorben dipilih sesuai dengan polaritas sampel. Adsorben yang
digunakan adalah adsorben yang memiliki polaritas sama dengan komponen sampel
yang hendak dipisahkan, sedangkan eluen sebaliknya.
Pemilihan pertama dari eluen adalah bagaimana sifat kelarutannya.
Kekuatan zat elusi adalah daya adsorpsi pada adsorben dalam kolom. Umumnya pada
adsorben polar seperti alumina dan silika gel, kekuatan adsorpsi akan naik
seiring dengan kenaikan polaritas zat yang diserap.
Kekuatan elusi dari eluen pada karbon aktif dalam kolom untuk asam
amino dan disakarida diturunkan dalam urutan : etil asetat < dietil eter
< propanol < aseton < etanol < metanol < air.
Sedangkan untuk alumina dan silika gel urutannya adalah : air <
metanol < etanol < propanol < aseton <etil asetat < dietil eter
< kloroform <metilen klorida < benzena < toluena <trikloroetilen
< karbon tetraklorida < sikloheksana < heksana.
Kemurnian pelarut yang akan digunakan harus setinggi mungkin. Berikut
ini adalah tabel adsorben dan eluen yang dapat digunakan pada kromatografi
kolom.
PENYIAPAN DAN PENGISIAN KOLOM
Kolom kromatografi dapat berupa pipa gelas, logam, atau plastik, namun
umumnya berupa tabung gelas yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawah dan
plat penyaring di dalamnya. Dalam kondisi tertentu buret juga dapat digunakan
sebagai kolom. Ukuran kolom sangat beragam, umumnya memiliki panjang minimal 10
kali diameter dalam.
Adsorben dapat dikemas dalam kolom dengan cara kering maupun basah.
1.
Cara Kering
- Sedikit pasir/glasswoll/penahan adsorben yang lain diletakkan ke dalam kolom
- Adsorben dituang sedikit demi sedikit. Setiap kali setelah penambahan adsorben, permukaan diratakan dan dimampatkan dengan alat pemampat.
- Jika semua adsorben telah dimasukkan, di permukaan atas diletakkan kertas saring dan ditambahkan sedikit pasir lagi untuk menjaga kerataan permukaan adsorben jika eluen dialirkan.
- Eluen dialirkan dari atas kolom dengan kran kolom terbuka sehingga memungkinkan eluen meresap hingga ujung akhir kolom.
- Setelah eluen mencapai ±1 cm di atas permukaan adsorben, maka kran ditutup dan aliran eluen dihentikan.
2.
Cara Basah
- Adsorben dicampur dengan eluen untuk dibuat bubur terlebih dahulu.
- Bubur adsorben dimasukkan ke dalam kolom yang telah berisi eluen ±1/3 panjang kolom
- Selama adsorben turun perlahan, kolom diketuk-ketuk pada semua sisi secara perlahan-lahan dengan ball pipet karet atau bahan lain yang tidak keras. Hal ini dilakukan agar partikel-partikel adsorben dapat menyusun diri dengan kerapatan yang sama sehingga diperoleh lapisan yang homogen
- Selain itu, cara basah juga dapat dilakukan dengan cara:
- Kolom diisi eluen ±1/2 panjang kolom
- Adsorben kering dimasukkan ke dalam kolom melalui corong dengan aliran teratur
- Kran dapat dibuka maupun ditutup selama pengemasan asal adsorben yang dimasukkan ke dalam kolom tidak boleh ada bagian yang kering, harus selalu terendam eluen
- Sepotong kertas saring dan selapis pasir diletakkan di atas adsorben untuk menjaga kerataan permukaan adsorben
Partikel-partikel
adsorben harus mengisi kolom dengan kerapatan yang sama atau homogen sebab pengisian
kolom yang tidak teratur dapat merusak batas-batas pita kromatografi. Selain
itu pengisian yang tidak homogen dapat pula disebabkan oleh adanya
gelembung-gelembung udara saat pengisian. Oleh karena itu saat pembuatan bubur,
adsorben harus diaduk-aduk dan dicuci secara berulang dengan eluen untuk
menghilangkan gelembung udara.
PENANGANAN SAMPEL
Kolom digunakan untuk memisahkan campuran dari dua senyawa dengan
membuat larutan jenuh dari campuran menggunakan pelarut yang lebih disukai
kolom. Berikut ini tahapan penggunaan kolom pada kromatografi kolom:
1. Pastikan kolom berada dalam posisi tegak lurus
2. Membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut
yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada
bagian atas
3.
Menutup kran penutup
4. Menambahkan larutan sampel secara hati-hati dari
bagian atas kolom, harus dicegah terjadinya pengguncangan kolom karena hal
tersebut dapat merusak pita. Sampel dimasukkan ke dalam kolom menggunakan pipet
tetes melalui dinding kolom sedikit di atas permukaan adsorben. Ujung pipet
jangan sampai menyentuh alkohol
5.
Saat sampel dikeluarkan dari pipet, ujung pipet
digerakkan melingkar/berkeliling dinding kolom
6.
Kran dibuka agar sampel diserap pada bagian atas
adsorben
7. Tambahkan eluen melalui bagian atas kolom dengan
hati-hati saat hampir seluruh sampel terserap ke dalam adsorben
8.
Kran dibuka agar pelarut dapat mengalir melalui
kolom
9. Baik eluen maupun komponen yang terpisah
ditampung ke dalam wadah-wadah yang sudah disediakan (beaker gelas, wadah
sampel, tabung reaksi, dll)
10. Pelarut dibiarkan mengalir kontinyu, sehingga
tetap ditambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak
pernah kering
Gambar 1. Rangkaian alat kromatografi kolom terbuka
MEKANISME PEMISAHAN (ELUSI)
Proses terbawanya sampel dari puncak kolom sampai akhir kolom hingga
memisah menjadi komponen-komponennya disebut elusi. Pemisahan terjadi karena
komponen sampel lebih banyak tertahan oleh adsorben atau dibawa oleh eluen,
tergantung dari afinitas komponen tersebut terhadap kedua fase.
Pada umumnya, lebih lambat jalannya sampel dalam kolom, maka akan
diperoleh pita-pita kromatografi yang lebih tegas. Elusi dilanjutkan hingga
komponen yang dikehendaki telah terpisah dan keluar dari kolom, yang kemudian
ditampung dalam beberapa fraksi pada interval waktu penampungan tertentu.
Elusi dapat dilakukan secara isokratik maupun gradien:
1.
Elusi isokratik
Pada elusi isokratik, eluen yang digunakan selama elusi
selalu sama (1 jenis eluen). Elusi digunakan dari awal proses kromatografi
kolom hingga diperoleh komponen-komponen yang terpisah.
2.
Elusi gradien
Elusi yang digunakan lebih dari 1 jenis eluen. Pada saat
proses elusi, dapat dilakukan penggantian eluen. Jika komponen yang dikehendaki
telah terpisah dari campuran, namun masih ada komponen lain yang belum terpisah
(sulit terpisah dengan eluen yang mula-mula digunakan), maka eluen dapat
diganti untuk mengeluarkan komponen tersebut dengan cara menambahkan eluen baru
ke dalam kolom.
Setelah sampel dituang pada puncak kolom, dengan segera sampel akan
terdistribusi di antara kedua fase pada puncak kolom. Dengan adanya aliran
eluen, maka eluen yang mengandung sebagian sampel akan terdesak ke bagian bawah
kolom sehingga akan terjadi distribusi antara eluen dan adsorben. Pada waktu
yang bersamaan, distribusi baru juga terjadi pada puncak kolom antara eluen
yang baru dengan adsorben yang telah mengandung sebagian sampel.
Karena komponen-komponen sampel hanya dapat bergerak bersama eluen,
maka kecepatan bergerak dari satu komponen tergantung pada lamanya komponen
berada dalam eluen, dimana hal tersebut bergantung pada seberapa besar komponen
tertambat pada adsorben. Pemisahan terjadi karena komponen sampel lebih banyak
tertahan oleh fase diam atau terbawa oleh fase gerak, tergantung pada afinitas
komponen terhadap kedua fase.
IDENTIFIKASI KOMPONEN TERPISAH
Karena kromatografi kolom hanya dapat digunakan untuk memisahkan
komponen, maka identifikasi komponen terpisah dapat dilakukan dengan berbagai
metode identifikasi yang lain, diantaranya adalah dengan melakukan kromatografi
kertas atau KLT terhadap komponen yang terpisah, atau dapat juga dilakukan
identifikasi secara spektrofotometri untuk mengetahui kadar masing-masing
komponen yang terpisah.
- Tentukanlah satu sampel untuk dilakukan pemisahan menggunakan kromatografi kolom terbuka!
- Tentukan adsorben yang bisa digunakan untuk memisahkan sampel tersebut!
- Tentukan eluen yang bisa digunakan untuk memisahkan sampel tersebut!
- Buatlah diagram alir prosedur pemisahan sampel menggunakan kromatografi kolom terbuka!
Nice blog
BalasHapusSy belum bs buat video, msh . . .
Silakan kunjungi blog sy https://belajarmatematikaea.blogspot.co.id
terima kasih, bu..saya sudah berkunjung, bagus blognya bu..
HapusNice blog. Salam dari bontang
BalasHapusOMGGGGG!!!! nice blog!! Terimakasih atas infonya
BalasHapus